Rabu, 14 November 2012

PSIKOLOGI


Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan:
“Perkembangan Emosi Pada Anak”
Picture3.jpg








Oleh:
Rizki Febriani
N.I.M: 0603509024
Psikologi-A


Universitas Al-Azhar Indonesia
2010
KATA PENGANTAR


Perkembangan emosi pada setiap fase kehidupan tentu saja berbeda-beda, perkembangan emosi antara remaja dan anak-anak tentu saja berbeda, karena hal tersebut terpengaruh dari proses penyerapan hal-hal yang terjadi di sekitarnya.
Oleh karena itu,  dalam makalah ini penulis  mencoba membahas secara detail perkembangan emosi yang terjadi pada masa anak-anak.
Dewasa ini banyak anak-anak yang mengikuti pendidikan di Taman Kanak-Kanak. Pada hari-hari pertama masuk sekolah  anak-anak selalu menanyakan pada diri sendiri apa yang dapat diperbuat di sekolah, pelajaran apa yang diinginkan dan sebagainya. Demikian juga bagi guru, apa yang dapat diajarkan kepada anak-anak di bawah usia 6 tahun tersebut. Namun setelah usianya lebih dari 6 tahun anak-anak dapat mengernbangkan diri sebab kemampuannya meningkat, mereka dapat berpikir secara konseptual, memecahkan masalah, mengingat, dan mempergunakan bahasa dengan baik.
Perkembangan anak penting dijadikan perhatian khusus bagi orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang.   Jika perkembangan anak luput dari perhatian orangtua (tanpa arahan dan pendampingan orangtua), maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang mereka terima.










PENDAHULUAN

A. Definisi Perkembangan.
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati (Chaplin C.P.,1989:134). Sedangakan Hurlock E.B. (1978:23)  menyatakan bahwa “Perkembangan dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren “.”Progresif “ menandai bahwa perubahannya terarah, membimbing mereka maju, dan bukan mundur. “Teratur” dan “ koheren” menunjukan hubungan yang nyata antara perubahan yang terjadi dan telah mendahului atau mengikutinya.
Ini berarti bahwa perkembangan juga berhubungan dengan proses belajar terutama mengenai isinya yaitu tentang apa yang akan berkembang berkaitan dengan perbuatan belajar. Disamping  itu juga bagaimana suatu hal itu dipelajari, apakah melalui memorisasi (menghafal) atau melalui peniruan dan  atau dengan  menangkap hubungan-hubungan, hal-hal ini semua ikut menentukan proses perkermbangan.
Dapat pula dapat dikatakan bahwa perkembangan sebagai suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat  integrasi yang lebih tinggi dan terjadi berdasarkan proses pertumbuhan, kemasakan, dan belajar.

B. Definisi Emosi.
Emosi pada individu setiap manusia, tidak semata-mata hanya dalam bentuk marah. Ada banyak macam-macam emosi yang lain, seperti sedih, takut, jijik, sedih dan terkejut.
Setiap budaya melakukan kategorisasi berbeda berdasarkan kosakata emosi yang dimiliki dalam bahasanya.
Dari mana kata emosi berasal?  Kata emosi adalah kata serapan dari bahasa inggris, yakni ‘emotion’. Dalam  kamus,  kata ‘emotion’ digunakan untuk menggambarkan perasaan yang  kuat akan sesuatu dan perasaan yang sangat menyenangkan atau sangat mengganggu.
Dan bagaimana arti emosi secara ilmiah? Psikologi adalah cabang ilmu yang paling intensif dan ekstensif dalam  melakukan penelitian mengenai emosi.  Namun, diantara para penelitinya yang paling brilian sekalipun, tidak terdapat kesamaan pendapat mengenai arti emosi. Terdapat sekurang-kurangnya 92 definisi emosi yang berbeda. Hal ini menjelaskan bahwa emosi merupakan fenomena yang sangat kompleks.  Namun demikian, semuanya tetap ada hubungannya.   Terdapat lima hubungan diantara definisi emosi,  yakni emosi dipicu oleh interpretasi seseorang terhadap suatu kejadian,  adanya reaksi fisiologis yang kuat, ekspresi emosionalnya berdasarkan pada mekanisme genetika, merupakan informasi dari satu orang  ke yang  lainnya, dan  membantu seseorang  beradaptasi terhadap perubahan situasi lingkungan.

Emosi dipicu oleh interpretasi terhadap suatu kejadian. Proses emosi dimulai ketika Anda memberikan  makna secara pribadi terhadap beberapa kejadian yang kurang menyenangkan. Situasi yang sama belum tentu akan menghasilkan emosi yang sama karena tergantung pemaknaan terhadap situasi tersebut. Misalnya teman Anda menipu Anda. Jika Anda menilainya hal biasa, maka mungkin Anda tidak mengalami emosi. Tapi jika Anda menilainya melanggar nilai-nilai perkawanan dan merugikan Anda, maka mulailah Anda kecewa terhadapnya.    Reaksi fisiologis yang kuat. Emosi muncul disertai adanya reaksi fisiologis yang cukup untuk membuat Anda menyadari adanya perbedaan dalam diri Anda. Misalnya detak jantung meningkat cepat, tangan gemetar, ingin kabur, dan sebagainya.

Ekspresi emosionalnya berdasarkan pada mekanisme genetika. Artinya, semua orang memiliki kemiripan dalam mengekspresikan emosi. Ekspresi wajah sedih pada orang Skandinavia, sangat mirip dengan ekspresi wajah sedih pada orang Papua. Demikian juga ekspresi wajah bahagia orang Arab, mirip dengan ekspresi bahagia orang Jawa.

Emosi merupakan informasi dari satu orang ke yang lainnya. Melalui emosi, seseorang menyampaikan maksud pada orang lain. Takut yang dialami seseorang sebagai informasi bahwa ia tidak mau melakukan sesuatu. Marah yang dialami merupakan informasi bahwa ia tidak suka diperlakukan seperti perlakuan yang sudah diterimanya. Pendek kata, melalui emosi kita tahu apa yang telah terjadi.

Emosi membantu adaptasi terhadap perubahan situasi lingkungan. Bayangkan jika manusia tidak merasa takut terjun ke dalam jurang. Maka, mungkin kematian manusia adalah hal yang biasa terjadi. Karena adanya takut, maka manusia berupaya menyiasati adanya jurang, mungkin membuat jembatan, membuat pagar pembatas, atau menjauhinya.

            Kemunculan emosi biasanya spontan, tidak disadari dan tanpa diniatkan. Tiba-tiba saja kita mengalami emosi tertentu. Dan kita baru sadar mengalami sebuah emosi setelah emosi itu Anda alami. Misalnya Anda bertemu orang asing, maka spontan saja kita mengalami emosi. kita tidak akan bisa meniatkan untuk mengalami emosi tertentu.



























PEMBAHASAN


A.    Perkembangan Emosi Pada Anak.

Bagi individu yang sedang menginjak usia anak-anak, terdapat enam tahapan perkembangan emosi yang harus dilalui olehnya.

Pengalaman emosional yang sesuai pada tiap tahap merupakan dasar perkembangan kemampuan koginitif, sosial, emosional, bahasa, keterampilan dan konsep dirinya di kemudian hari. Tahapan tersebut saling berkesinambungan, tahapan yang lebih awal akan mempersiapkan tahapan selanjutnya.  Anak-anak yang diasuh dengan kehangatan dan tidak mengalami gangguan perkembangan biasanya akan mencapai tahapan terakhir secara otomatis  pada usia 4-5 tahun,  namun anak-anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan bantuan dari orang tua dan profesional untuk
bisa mencapainya dengan lebih perlahan.

Pengamatan emosi pada anak dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku mereka, menurut ahli psikologi, dapat dimasukkan  kedalam daftar 'rating scale' disertai umur pencapaiannya (untuk skor A). N-never (kemampuan tersebut tidak pernah tampak), S-sometimes (kemampuan tersebut kadang-kadang tampak), A-always (kemampuan tersebut selalu tampak) dan  L-loses (kemampuan tersebut hilang saat stress: lapar, marah, lelah, dll).


B.     Enam Tahapan Emosi Pada Anak.

Tahap 1: Tahap Regulasi Diri dan Minat Terhadap Lingkungan.
Dalam tahapan ini terdapat kemampuan anak untuk mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri. Bila anak masih belum mampu meregulasikan diri maka ia akan tenggelam dalam usaha mencari rangsang yang dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari rangsang yang membuatnya tidak nyaman. Dengan demikian ia tidak bisa memperhatikan lingkungan secara lebih bermakna.
Kemampuan yang dimiliki sang anak dalam tahapan ini adalah:

1.Menunjukkan minat terhadap berbagai rangsang dalam lingkungan
sedikitnya selama 3 detik.

2. Bisa tenang dan terfokus pada sesuatu hal sedikitnya 2 menit.

3. Pulih dari kondisi tidak menyenangkan dalam 20 menit dengan bantuan.

4. Menunjukkan minat terhadap pengasuh, tidak hanya terhadap benda.


Tahap 2: Keakraban-Keintiman.
Dalam tahapan ini terdapat kemampuan anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab,  menyenangkan dan penuh cinta. Pengasuh merupakan hal terpenting dalam dunianya.

Kemampuan yang dimiliki oleh sang anak dalam tahapan ini adalah:
1. Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh (dengan senyum, kerenyit, vokalisasi, meraih dan tingkah laku bertujuan yang lain).

2. Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh dengan rasa senang yang nyata.

3. Menunjukkan  respon terhadap tawaran pengasuh dengan rasa ingin tahu dan minat asertif (misalnya dengan mengamati wajah).

4. Bisa mengantisipasi bahwa benda yang ada jadi hilang dari pandangannya (misalnya dengan tersenyum atau berceloteh untuk menunjukkan minat).

5. Menunjukkan  rasa tidak suka bila didiamkan/tidak direspon selama sedikitnya 30 detik saat bermain.

6. Memprotes dan mulai marah saat frustrasi.

7. Pulih dari kondisi tidak menyenangkan dalam 15 menit dengan bantuan.

Tahap 3: Komunikasi Dua Arah.
Kemampuan anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah, menutup siklus komunikasi (aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal, yang penting ia bisa mengkomunikasikan  intensi/tujuannya dan kemudian mengenal konsep sebab-akibat (berpikir logis) dan konsep diri. la mulai menyadari bahwa tingkah lakunya berdampak terhadap lingkungan. Sehingga mulai muncul keinginan untuk aktif memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif.

Kemampuan yang dimiliki sang anak dalam tahapan ini adalah:

1. Menunjukkan  respon terhadap gestures pengasuh dengan gestures bertujuan (misalnya meraih ingin digendong bila tangan kita terentang, menatap atau berceloteh bila diajak bicara).

2. Memulai interaksi dengan pengasuh (misalnya memegang hidung/rambut anda, mengulurkan tangan ingin digendong).


3. Menunjukkan emosi akrab/kedekatan (balas memeluk, meraih ingin digendong bila tangan terentang), kegembiraan dan kegairahan  (tersenyum senang saat mengambil mainan dari mulut anda dan  memasukkannya ke mulutnya sendiri),  rasa ingin tahu yang asertif (menyentuh dan mengelus rambut anda), protes dan marah (mendorong
makanan di atas meja sampai jatuh, menjerit bila mainan yang diinginkan tidak diberikan) , takut (membalik/menjauh,  tampak ketakutan,  menangis bila orang tak dikenal mendekatinya terlalu tiba-tiba).


4. Pulih dari rasa tidak senang dalam 10 menit dengan terlibat dalam interaksi sosial.




Tahap 4: Komunikasi Kompleks.
     Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks (sekitar 10 siklus), mengekspresikan keinginan dan emosi secara lebih berwarna, kompleks dan kreatif.  Mulai menyertakan keinginannya dalam bermain, tidak hanya mengikuti perintah atau petunjuk pengasuh/orang tua. Selanjutnya hal ini akan menjadi dasar terbentuknya konsep diri dan kepribadian. la mampu memahami pola karakter dan tingkah laku orang lain sehingga mulai memahami apakah tingkah lakunya disetujui atau tidak, akan dipuji atau diejek, dll sehingga mulai berkembang kemampuan memprediksi kejadian dan kemudian mengarah pada kemampuan memecahkan masalah berdasarkan keurutan logis.

Kemampuan yang dimiliki oleh sang anak pada tahapan ini adalah:

1. Menutup sedikitnya 10 siklus komunikasi secara berkelanjutan (misalnya memegang tangan anda. menuntun ke lemari es, menunjuk, berceloteh, berespon terhadap pertanyaan anda dengan celoteh dan gestures, meneruskan pertukaran gestural sampai anda membuka pintu lemari es dan mengambil apa yang diinginkannya).


2. Menirukan tingkah laku pengasuh dengan bertujuan (misalnya memakai topi ayah dan berjalan berkeliling menunggu pujian).


3. Menutup sedikitnya 10 siklus dengan vokalisasi atau kata, ekspresi wajah, saling menyentuh/memeluk, bergerak dalam ruang, aktifitas motorik (kejarkejaran) dan komunikasi dengan jarak yang jauh (di ruangan yang luas ada jarak antara dirinya dan pengasuh)

4. Menutup sedikitnya 3 siklus berkelanjutan saat merasakan emosi:

  • keakraban/kedekatan (menunjukkan ekspresi wajah, gestures dan vokalisasi saat mendekat ingin dipeluk, dicium, atau menirukan bicara di telpon mainannya saat anda menerima telpon sungguhan),
  • kegembiraan dan kegairahan (menunjukkan vokalisasi dan tatapan untuk mengundang seseorang berbagi kegairahan mengenai sesuatu yang menarik, berbagi guyonan dengan anak lain atau orang dewasa dengan tertawa bersama),
  • rasa ingin tahu yang asertif (bereksplorasi sendiri, menggunakan kemampuan komunikasi jarak jauh  untuk merasakan  kedekatan dengan anda saat ia bermain atau bereksplorasi sendirian),
  • takut (menyatakan minta dilindungi dengan berkata 'nggak' sambil lari ke belakang anda),
  • marah (memukul, berteriak, membanting atau tiduran di lantai, atau memandang dengan tatapan marah dan dingin),
  • pembatasan (mengerti dan berespon positif terhadap 'tidak, berhenti!'
    atau peringatan dengan jari atau ekspresi marah


5. Pulih dari rasa tidak senang dengan meniru tingkah laku (membanting-banting
kaki ke lantai atau membalas teriak bila dibentak).


Tahap 5: Ide Emosional.
Kemampuan anak untuk menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan emosi. Kemampuan menciptakan ide awalnya berkembang melalui permainan pura-pura yang memberikan kesempatan bereksperimen dengan perasaan, keinginan dan harapan. Kemudian ia mulai memberi nama pada benda-benda sekeliling yang berarti, disini ia mulai mengerti penggunaan simbol benda konkrit. Kemudian simbol menjadi semakin meluas pada aktifitas
dan emosi dan  ia belajar  kemampuan memanipulasi ide untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.




Kemampuan yang dimiliki sang anak dalam tahap ini adalah :


1. Bermain pura-pura dengan sedikitnya 2 ide yang bisa saja belum terkait (mobil tabrakan, memuat batu di mobil itu, memeluk boneka kemudian pura-pura minum teh).

2. Menggunakan kata-kata, gambar, gestures untuk mengungkapkan sedikitnya 2 ide sekaligus, tidak harus berhubungan ('nggak bobok, main').

3. Mengkomunikasikan keinginan, intensi dan perasaannya dengan kata-kata, beberapa gestures sekaligus, sentuhan (pelukan).

4. Bermain permainan motorik dengan aturan yang sederhana (bergiliran melempar bola).

5. Menggunakan bermain pura-pura untuk mengkomunikasikan emosi berikut dalam sedikitnya 2 ide:

  • keakraban/kedekatan (boneka berkata,"peluk aku", dijawabnya "aku cium kamu").
  • kegembiraan dan kegairahan (mengucapkan kata-kata lucu dan tertawa).
  • rasa ingin tahu yang asertif (pura-pura menerbangkan pesawat berkeliling ruangan dan mengatakan akan terbang ke bulan).
  • takut (boneka takut suara bising dan memanggil ibunya).
  • marah (tentara-tentaraan saling menembak dan jatuh).
  • pembatasan (boneka mengikuti aturan minum teh).

6. Pulih dari rasa tidak senang dengan main pura-pura (pura-pura makan kue yang tidak boleh dimakannya).




Tahap 6: Berpikir Emosional.
            Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai ide sehingga mampu berpikir secara logis dan sesuai dengan realitas. Mampu mengekspresikan berbagai emosi dalam bermain, memprediksi perasaan dan akibat  dari suatu aktifitas, mengenal konsep ruang, waktu serta bisa memecahkan masalah secara verbal dan memiliki pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai kemampuan ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan mempelajari strategi berpikir.


Kemampuan yang dimiliki anak dalam tahapan ini adalah:


1. Bermain pura-pura dengan mengkaitkan sedikitnya 2 ide secara logis, walau
kadang-kadang ide itu sendiri tidak realistik (misalnya dengan mobil berkunjung ke bulan, dengan cara terbang cepat sekali).


2. Mengembangkan ide bermain pura-pura orang dewasa (misalnya anak memasak sup, ditanya apa yang dimasak, dijawabnya "batu-batu dan ranting-ranting").


3. Berbicara dengan ide-ide yang saling terkait secara logis dan realistik ("nggak mau tidur, mau nonton tv").


4. Menutup sedikitnya 2 siklus konunikasi verbal ("mau pergi ke luar" ditanya kenapa, dijawabnya "mau main").


5. Berkomunikasi secara logis, mengaitkan sedikitnya 2 ide mengenai intensi, keinginan, kebutuhan, perasaan dengan kata-kata, beberapa gestures (pura-pura jadi anjing yang marah) dan sentuhan (sering memeluk sebagai bagian dari drama ketika anak menjadi ayah)

6. Bermain motorik dan spasial dengan aturan (bergantian meluncur).

7. Menggunakan permainan pura-pura atau kata-kata untuk mengkomunikasikan sedikitnya 2 ide yang terkait secara logis mengenai emosi:

  • kedekatan (boneka terluka, ibu mengobati).
  • kegembiraan dan kegairahan (mengatakan istilah 'kamar mandi' lalu
    tertawa).
  • rasa ingin tahu yang asertif ( tentara yang baikditugaskan mencari
    putri yang hilang).
  • takut (monster menakut-nakuti anak kecil).
  • marah (tentara yang baik melawan yang jahat).
  • pembatasan (tentara hanya boleh memukul orang jahat karena
    peraturan).

8. Pulih dari rasa tidak senang dengan bermain pura-pura yang memiliki keurutan logis, kadang mengisyaratkan cara menghadapi masalah (misalnya, anak menjadi guru yang sok mengatur kelas).


Yang Perlu Dilakukan Untuk Merangsang Perkembangan Emosi Anak Adalah:


1. Tenangkan anak, terutama saat ia marah atau  tidak senang, dengan memeluk hangat, lembut tetapi erat, intonasi yang  ritmis dan kontak mata yang hangat.  Jangan tegang atau kuatir karena hal tersebut akan dirasakan olehnya dan semakin membuatnya tidak tenang.

2. Cari cara interaksi yang bisa memancing keterlibatan; ekspresi wajah, bunyi, sentuhan, dll. Perhatikan profil sensoriknya.


3. Cari berbagai pendekatan, eksplorasilah bersama-sama sampai menemukan cara mana yang paling disukainya.


4. 'Bacalah' dan berespon terhadap sinyal emosi anak, ada saat ia membutuhkan kedekatan namun ada juga saat ia ingin menjadi lebih asertif dan mandiri. Ikuti apa yang diinginkannya, jangan memaksakan 'agenda' kita.


5.Tunjukkan kegembiraan, antusiasme dan gairah dalam berinteraksi

6.Doronglah anak untuk melangkah ke tahap perkembangan berikutnya;
mengambil inisiatif, memecahkan masalah, bermain pura-pura, membahasakan emosi, menghadapi realitas dan bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya (konsekuen)

7.Jangan terlalu/kurang menstimulasi dan memancing interaksi

8.Jangan terlalu mengontrolnya, ikuti pola dan keinginan anak

9. Jangan terlalu konkrit dalam bermain padahal ia sudah beralih ke tahap yang lebih abstrak, ikuti pola berpikir dan imajinasinya.


10. Jangan menghindari area emosi yang tidak disukainya, supaya anak belajar juga menghadapinya

11. Jangan mundur bila anak bereaksi emosi keras, tetaplah pada tujuan (konsisten) tetapi tenangkan dia.



Emosi Turut Berperan Dalam Proses Berpikir Kita.
Emosi juga turut berperan dalam proses kita dalam bertindak dan memikirkan sesuatu, yaitu:

  • mengarahkan aksi dan tingkah laku
  • memungkinkan mengontrol tingkah laku
  • memberi arti terhadap pengalaman
  • menyimpan, mengorganisasi dan mengingat kembali pengalaman.
  • menggagas pengalaman baru.
  • memecahkan masalah.
  • berpikir kreatif, selektif, logis, tidak idiosinkretik (aneh).
  • memahami kalimat lisan maupun tulisan ('rasa' bahasa).
  • memahami konsep kuantitas, waktu, ruang, sebab-akibat yang bersifat 'relatif.
  • membentuk konsep diri, pengertian atas diri (dengan membandingkan.
  • perasaan dengan situasi yang dialaminya).
  • memisahkan realitas dan fantasi.
  • mengendalikan tingkatan perkembangan emosi, sosial dan intelektual.







PENUTUP


Bagaimana Cara Untuk Mengarahkan Perkembangan Emosi Anak?

Anak butuh dukungan dalam hal  perkembangan emosinya. Lima prinsip berikut ini perlu diketahui orang tua untuk mengembangkan emosi anak, yaitu:
  1. Tetapkan waktu bermain setiap hari dengan anak. Beri kesempatan pada anak untuk menentukan apa yang ingin ia lakukan bersama Anda. Tempatkan anak pada posisi pemimpin dan Anda pada posisi yang dipimpin.  Dalam hal ini anak juga belajar menjadi orang yang dapat bertanggung-jawab nantinya.
  2. Luangkan waktu  untuk memecahkan masalah bersama anak. Ketika anak merasa sedih karena tidak diajak bermain oleh temannya, bantu anak  mencari penyebabnya, kemudian cari bersama pemecahannya. Ajaran  semacam ini membantu anak belajar berpikir logis dalam mengatasi masalah emosinya, dan menumbuhkan kemampuannya untuk mengantisipasi, serta berkesempatan mengatasi masalah emosinya sendiri.
  3. Melihat masalah dari sudut pandang anak. Kalau kita sungguh-sungguh mendengarkan dan berempati terhadap anak, kita dapat memahami alasan anak melakukan segala sesuatu. Misalnya, saat anak mengamuk, Anda perlu mendengarkan alasan mengapa ia melakukan hal itu. Saat Anda paham betul perasaan anak, Anda mungkin sekali tidak akan ikut-ikutan marah
  4. Minimalkan masalah. Saat anak merasa  kesal karena gagal dalam membuat istana pasir  menjadi bentuk gedung yang ia inginkan, misalnya, Anda dapat menunjukkan penyebab kegagalannya.
  5. Berikan batasan. Batasan memberi bimbingan dan rasa aman kepada anak. Menetapkan batasan dapat dikombinasi dengan waktu bermain bersama anak, khususnya ketika anak menunjukkan perilaku buruk.















Tidak ada komentar: